
Pernah bertanya-tanya mengapa toko Anda kebanjiran pengunjung tapi hanya sedikit yang membeli? Anda tidak sendirian. Traffic yang tinggi dengan konversi rendah adalah tantangan umum di eCommerce. Sedikit kesenjangan itu wajar, tapi jika perbedaannya terus membesar, itu pertanda bahaya.
Ada masalah yang lebih besar—mungkin halaman produk kurang meyakinkan, atau proses checkout terlalu rumit. Apa pun penyebabnya, mengabaikannya bisa merugikan bisnis. Anda akan menghabiskan lebih banyak untuk iklan, kesulitan mencapai profitabilitas, dan kehilangan peluang pertumbuhan.
Di sinilah eCommerce analytics berperan. Dengan data yang tepat, Anda bisa mengetahui alasan pelanggan tidak berkonversi dan langkah yang bisa diambil. Mulai dari harga produk hingga pengalaman pengguna, wawasan berbasis data bisa membuat perubahan besar.
Di blog ini, kita akan membahas enam alasan utama mengapa produk Anda tidak berkonversi—dan bagaimana analytics dapat membantu mengatasinya.
Mari kita mulai!
6 Alasan Traffic Tinggi tapi Penjualan Rendah di eCommerce
Tahukah Anda bahwa rata-rata conversion rate di eCommerce hanya sekitar 2,5% hingga 3%? Banyak bisnis kesulitan mengubah pengunjung situs menjadi pelanggan.
Jika conversion rate Anda terus-menerus rendah, sudah saatnya mencari tahu penyebabnya. Berikut enam alasan umum mengapa produk Anda tidak berkonversi dan cara mengatasinya.
1. Masalah Harga
Kompetitor bukanlah teman Anda. Mereka berusaha memenangkan persaingan, bahkan jika itu berarti menurunkan harga untuk menarik pelanggan Anda. Beberapa bahkan rela merugi sementara hanya untuk menyingkirkan pesaing.
Pembeli selalu mencari penawaran terbaik. Mereka akan membandingkan harga di berbagai platform, berburu diskon dan promo. Jika harga Anda tidak kompetitif atau nilai produk Anda tidak jelas, mereka akan pergi ke tempat lain.
Agar tetap unggul, Anda perlu memantau strategi harga kompetitor dan merespons dengan cepat. eCommerce analytics membantu Anda melacak perubahan harga dan menyesuaikan strategi pada waktu yang tepat. Alat dynamic pricing juga bisa membantu menjaga profitabilitas sambil tetap bersaing.
Ingat, tujuan Anda bukan hanya menyamai harga terendah, tetapi memberikan alasan kuat mengapa produk Anda layak dibeli.
2. Platform yang Tidak Sesuai
Tidak semua platform cocok untuk produk Anda. Lalu lintas dari marketplace atau channel yang kurang sesuai jarang berujung pada penjualan.
Contohnya, Blibli adalah pilihan utama untuk buku dan elektronik, sementara Tokopedia lebih unggul dalam produk dekorasi rumah dengan harga terjangkau. Jika Anda mencoba menjual produk premium di platform yang dikenal dengan pembeli yang sensitif terhadap harga, conversion rate Anda bisa anjlok.
Hal yang sama berlaku untuk media sosial. Instagram dan TikTok Ads sangat efektif untuk brand fashion dan kecantikan, tetapi mungkin kurang optimal untuk produk industri atau B2B.
Solusinya, gunakan eCommerce analytics untuk menganalisis sumber traffic Anda. Identifikasi platform mana yang membawa pelanggan potensial dan mana yang hanya menghabiskan anggaran iklan. Fokuskan upaya Anda pada channel yang menghasilkan pelanggan dengan niat beli tinggi.
3. Halaman Produk yang Tidak Efektif
Halaman produk adalah tempat di mana pembeli memutuskan untuk membeli atau meninggalkan situs Anda. Desain yang buruk, informasi yang kurang jelas, dan CTA (Call-to-Action) yang lemah bisa langsung menggagalkan penjualan.
Berikut beberapa masalah umum yang bisa menurunkan konversi beserta solusinya:
Gambar Berkualitas Rendah: Pembeli tidak bisa menyentuh atau mencoba produk secara langsung, jadi visual sangat penting. Gunakan gambar resolusi tinggi dari berbagai sudut dan tambahkan video untuk pengalaman yang lebih imersif.
Deskripsi Tidak Jelas: Deskripsi yang terlalu singkat atau tidak lengkap bisa membingungkan pembeli. Buat konten yang jelas, berorientasi pada manfaat, dan menjawab pertanyaan potensial. Gunakan bullet points agar mudah dibaca.
CTA yang Lemah: Tombol “Beli Sekarang” harus terlihat jelas, menarik, dan mendorong tindakan. Hindari frasa generik seperti “Pelajari Lebih Lanjut.”
Kurangnya Kepercayaan: Tambahkan ulasan pelanggan, rating bintang, dan konten buatan pengguna untuk membangun kredibilitas. Label seperti “Bestseller” atau “Trending” juga bisa meningkatkan kepercayaan pembeli.
Lakukan A/B testing pada layout, gambar, dan CTA untuk mengetahui apa yang paling efektif bagi audiens Anda. Gunakan eCommerce analytics untuk melacak halaman produk mana yang memiliki konversi tertinggi.
4. Masalah Stok Produk
Produk yang sering kehabisan stok bisa membuat pelanggan frustrasi. Jika mereka berkali-kali melihat label “Habis Terjual,” kemungkinan besar mereka tidak akan kembali ke toko Anda. Lebih buruk lagi, mereka bisa menganggap toko Anda tidak bisa diandalkan. Mengandalkan reaksi terhadap permintaan pasar sering kali menyebabkan kehabisan stok. Sebagai gantinya, kelola inventaris secara prediktif dengan data historis untuk memastikan produk selalu tersedia. Ketika stok Anda sesuai dengan permintaan pelanggan, toko Anda terlihat lebih profesional dan siap melayani.
Dengan eCommerce analytics, Anda bisa memantau pola penjualan, memprediksi permintaan, dan mencegah kehabisan stok. Atur peringatan otomatis untuk stok rendah dan isi ulang produk populer sebelum habis. Pertimbangkan fitur “Beritahu Saya” agar pelanggan bisa tetap membeli saat produk kembali tersedia.
5. Hambatan di Proses Checkout
Semakin banyak langkah dalam proses checkout, semakin besar kemungkinan pelanggan membatalkan pembelian. Dari pilihan pembayaran yang terbatas hingga biaya tersembunyi, hambatan saat checkout adalah salah satu penyebab utama cart abandonment.
Cara mengoptimalkan proses checkout:
Aktifkan Guest Checkout: Biarkan pelanggan menyelesaikan pembelian tanpa harus membuat akun.
Tawarkan Berbagai Opsi Pembayaran: Sertakan metode populer seperti kartu kredit, dompet digital, dan Buy Now Pay Later (BNPL).
Transparan dalam Biaya: Tampilkan ongkos kirim dan pajak sejak awal untuk menghindari kejutan di akhir transaksi.
Minimalkan Formulir: Hanya minta informasi yang benar-benar diperlukan. Gunakan auto-fill jika memungkinkan.
Optimalkan untuk Mobile: Pastikan pengalaman checkout lancar di perangkat seluler karena sebagian besar pelanggan berbelanja lewat ponsel.
Gunakan eCommerce analytics untuk melacak tingkat pengabaian checkout. Jika ada tahap yang banyak membuat pelanggan berhenti, pertimbangkan untuk menyederhanakan atau mendesain ulang prosesnya.
6. Review Negatif dan Rating Rendah
Reputasi Anda sangat berpengaruh. Ketika calon pembeli melihat banyak ulasan negatif, kepercayaan mereka langsung menurun. Studi menunjukkan bahwa 93% konsumen dipengaruhi oleh ulasan online sebelum memutuskan untuk membeli. Bahkan satu ulasan negatif yang tidak ditangani bisa membuat banyak pelanggan batal membeli.
Ulasan negatif biasanya muncul karena:
Kualitas produk yang tidak sesuai harapan.
Deskripsi produk yang menyesatkan sehingga ekspektasi tidak terpenuhi.
Pengiriman terlambat atau layanan pelanggan yang buruk.
Untuk mencegah hal ini, pantau ulasan pelanggan secara aktif dengan alat analisis sentimen. Identifikasi keluhan yang sering muncul dan segera tangani. Tanggapi ulasan negatif dengan empati dan tawarkan solusi — ini sering kali bisa mengubah pelanggan yang kecewa menjadi pelanggan setia.
Dorong pelanggan yang puas untuk meninggalkan ulasan positif. Mengirim email follow-up setelah produk diterima bisa menjadi cara efektif. Tampilkan ulasan asli di halaman produk untuk membangun kepercayaan.
Cara eCommerce Analytics Membantu Anda Mengatasi Masalah Ini
eCommerce analytics memberi Anda kekuatan untuk bergerak lebih dari sekadar menebak-nebak. Dengan menganalisis data toko Anda, Anda mendapatkan insight yang bisa langsung diterapkan untuk membuat keputusan yang lebih cerdas.
Berikut bagaimana analytics dapat langsung mengatasi tantangan konversi Anda:
1. Insight Harga yang Dinamis
Alih-alih hanya bereaksi terhadap pergerakan kompetitor, eCommerce analytics membantu Anda memprediksi tren harga. Dengan data harga historis dan insight berbasis AI, Anda bisa mengidentifikasi kapan kompetitor biasanya memberikan diskon atau meluncurkan promo. Ini memungkinkan Anda untuk selalu selangkah lebih maju. Anda juga bisa memantau respons pelanggan terhadap strategi harga Anda untuk menemukan keseimbangan antara nilai dan profitabilitas.
Pro tip: Analytics dapat mengidentifikasi produk yang terlalu murah sehingga bisa menghasilkan lebih banyak keuntungan serta produk yang terlalu mahal hingga membuat pelanggan enggan membeli.
2. Analisis Berdasarkan Platform
Tidak semua channel memiliki performa yang sama untuk setiap produk. eCommerce analytics membantu Anda memahami channel mana — apakah itu Lazada, Shopee, atau website D2C Anda — yang mendatangkan pengunjung paling engaged.
Lebih dari sekadar melihat traffic, analytics menunjukkan channel mana yang menghasilkan nilai pesanan lebih tinggi atau pelanggan yang sering berbelanja kembali.
Dengan insight ini, Anda bisa berhenti menghabiskan anggaran iklan di channel yang kurang efektif. Sebaliknya, fokuskan strategi pemasaran Anda pada channel yang memiliki tingkat konversi terbaik untuk produk Anda.
Bahkan, Anda juga bisa mendapatkan tren regional untuk menyesuaikan kampanye dan promo berdasarkan pasar tertentu.
3. Optimasi Conversion Rate
eCommerce analytics membantu mengidentifikasi halaman produk mana yang membuat pelanggan berhenti sebelum membeli. Dengan menganalisis perilaku pengguna—berapa lama mereka bertahan, apa yang mereka klik, atau kapan mereka meninggalkan keranjang—Anda bisa mendapatkan gambaran jelas tentang hambatan konversi.
Analytics juga mengungkap pola dari halaman produk yang sukses. Misalnya, apakah gambar dengan setting lifestyle lebih menarik dibandingkan foto produk biasa, atau apakah deskripsi yang lebih detail meningkatkan pembelian. Dengan insight ini, Anda bisa meniru strategi yang berhasil dan memperbaiki yang kurang efektif.
4. Prediksi Permintaan dan Manajemen Stok
Forecasting berbasis AI menganalisis pola penjualan historis, tren musiman, dan faktor eksternal seperti perubahan pasar.
Alih-alih terburu-buru menambah stok saat produk sudah habis, analytics membantu Anda memprediksi kapan permintaan akan meningkat.
Dengan insight permintaan yang akurat, Anda bisa menjaga keseimbangan stok, mendapatkan kesepakatan lebih baik dengan supplier, dan menghindari deadstock.
Analytics juga bisa merekomendasikan produk mana yang sebaiknya dibundling, meningkatkan nilai rata-rata pesanan tanpa menyebabkan overstock.
5. Analitik Checkout
Jika pelanggan banyak yang batal berbelanja di tahap checkout, eCommerce analytics bisa mengidentifikasi titik masalahnya. Anda bisa melihat apakah mereka meninggalkan keranjang karena opsi pembayaran yang terbatas, biaya pengiriman yang tidak terduga, atau loading halaman yang lambat.
Laporan funnel yang detail menunjukkan berapa banyak pengguna yang berpindah dari satu langkah checkout ke langkah berikutnya, sehingga Anda bisa menemukan titik kegagalan dengan jelas. Dari sini, Anda dapat menyederhanakan proses dengan mengurangi langkah yang tidak perlu atau menawarkan metode pembayaran yang lebih fleksibel.
Kesimpulan
Trafik tinggi tetapi penjualan rendah bisa terasa mengecewakan, namun ini sering kali menandakan adanya masalah tersembunyi yang bisa diungkap dengan analytics.
Dari optimasi harga dan halaman produk hingga perbaikan pengalaman checkout dan manajemen stok, eCommerce analytics mengubah tebakan menjadi keputusan berbasis data.
Dengan memahami apa yang berhasil dan apa yang tidak, Anda bisa meningkatkan performa toko secara signifikan.
Ingin mengatasi tantangan penjualan? Biarkan eCommerce analytics dari Graas membantu Anda menemukan insight yang bisa ditindaklanjuti dan mengubah halaman dengan trafik tinggi menjadi aset konversi tinggi.
Comments