Industri eCommerce di Asia Tenggara bergerak lebih cepat dibanding kawasan lain. Karena itu, pengelolaan inventaris yang efisien di platform seperti Shopee, Lazada, dan TikTok Shop menjadi sangat penting.
Dengan data SKU, seller bisa memantau stok secara real-time, mengidentifikasi produk terlaris, serta mencegah kelebihan stok atau kehabisan barang di berbagai marketplace. Platform seperti Shopee dan Lazada menyediakan analitik bawaan, sementara TikTok Shop menawarkan dasbor performa langsung untuk membantu pengambilan keputusan berbasis data.
Namun, dasbor bawaan ini jarang memberikan gambaran yang utuh—dan membandingkan performa antar platform jadi makin sulit.
Analisis SKU yang efektif memungkinkan restock tepat waktu, perencanaan promosi, dan sinkronisasi lintas platform—menghindari kesalahan selama kampanye besar seperti 11.11.
Di blog ini, kita akan membahas cara memanfaatkan analitik dan insight, memproyeksikan performa SKU, serta strategi forecasting untuk menjaga keseimbangan stok dan memaksimalkan penjualan di Shopee, Lazada, dan TikTok Shop.
Mengelola inventaris di berbagai platform membutuhkan pemahaman atas dinamika masing-masing marketplace. Apa yang berhasil di satu channel bisa jadi gagal total di channel lainnya. Berikut adalah tantangan utama yang perlu dihadapi oleh para seller:
Shopee mengandalkan harga agresif, produk yang cepat terjual, dan kampanye waktu terbatas. Flash sale, strategi bundling, dan promo ongkir gratis memang menarik trafik besar, tapi bisa membuat inventaris kewalahan jika tidak dipantau secara real-time.
Satu SKU bisa berubah dari kurang laku menjadi over-selling hanya dalam satu kampanye. Seller harus terus menyesuaikan level stok dan memantau sell-through rate agar tidak kehabisan barang atau mengalami pembatalan pesanan.
Berbeda dengan Shopee, Lazada lebih fokus pada pengalaman belanja premium. Platform ini banyak mengandalkan promosi berbasis voucher, optimalisasi gudang, dan produk bernilai lebih tinggi.
Hal ini sering menyebabkan segmentasi stok, di mana seller perlu menyimpan stok premium khusus untuk Lazada—tanpa mengganggu penjualan di Shopee atau TikTok.
Jika distribusi stok produk yang tinggi permintaan tidak tepat, bisa terjadi kelebihan stok di platform lambat dan kehilangan potensi pendapatan di platform yang lebih cepat.
TikTok Shop mungkin menjadi tantangan paling tidak terduga: permintaan yang meledak karena viralitas. Satu influencer atau sound yang sedang tren bisa membuat produk ludes dalam semalam.
Namun, lonjakan viral ini sulit diprediksi dan lebih sulit lagi untuk dipenuhi. Hampir 70% seller mengalami kehabisan stok atau keterlambatan pengiriman karena lonjakan permintaan yang tidak terduga.
Tanpa strategi analitik dan restock real-time, seller berisiko kehilangan kepercayaan pelanggan dan nilai brand jangka panjang.
Manajemen inventaris yang efektif dimulai dari visibilitas produk yang mendetail, dan analitik di level SKU adalah fondasi dari insight tersebut. Dengan memahami performa di tingkat produk, seller bisa mengambil keputusan yang lebih tepat dan berbasis data di semua platform eCommerce.
Tidak semua produk memiliki performa yang sama. Analitik SKU memungkinkan seller untuk mengelompokkan produk ke dalam kategori performa utama berikut:
Klasifikasi ini membantu memprioritaskan pengeluaran promosi, keputusan delisting, dan kampanye cuci gudang—sehingga meningkatkan efisiensi dan margin keuntungan.
Dengan memanfaatkan data penjualan historis, tren musiman, dan performa campaign, analitik SKU membantu memprediksi permintaan dengan lebih akurat. Daripada menebak berapa unit yang harus dipesan atau ditempatkan di mana, seller bisa menggunakan data untuk:
Proyeksi membantu menghindari pembelian panik di menit terakhir dan gudang yang penuh, sekaligus meningkatkan kepuasan pelanggan.
Setiap marketplace memiliki karakteristik berbeda, dan analitik SKU membantu mengalokasikan inventaris secara tepat:
Analitik real-time memastikan kamu tidak hanya memindahkan stok, tapi memindahkannya secara cerdas—meningkatkan sell-through rate, mengurangi retur, dan memaksimalkan ROI di semua channel.
Setiap marketplace punya algoritma, pola perilaku pembeli, struktur promosi, dan ekosistem logistik yang berbeda.
Untuk memaksimalkan sell-through dan meminimalkan kerugian, seller perlu menyesuaikan strategi dengan karakteristik komersial masing-masing platform. Berikut ini adalah strategi yang sudah terbukti untuk tiap platform, lengkap dengan cara penerapannya.
Basis pembeli Shopee sangat sensitif terhadap harga, bergantung pada promosi, dan responsif terhadap event penjualan real-time. Produk di Shopee sering mengalami fluktuasi kecepatan penjualan yang ekstrem, terutama saat Mega Campaign (9.9, 11.11, 12.12) atau Flash Sale, di mana produk bisa habis dalam hitungan menit. Seller yang sukses di sini adalah mereka yang bisa mengantisipasi lonjakan permintaan dan tetap gesit secara operasional.
Lazada menyasar segmen konsumen yang sedikit lebih premium, dengan penekanan pada pengalaman brand, layanan bernilai tambah, dan pengiriman cepat. Berbeda dari model Shopee yang berfokus pada volume, kesuksesan di Lazada bergantung pada kurasi campuran inventaris yang tepat dan optimalisasi pemenuhan pesanan lewat gudang Lazada (Fulfilled by Lazada – FBL).
Algoritma TikTok Shop membawa tingkat kompleksitas baru, karena permintaan produk di sini lebih dipengaruhi oleh viralitas jangka pendek daripada strategi jangka panjang. Seller harus siap mengikuti tren dan merespons lonjakan dalam hitungan jam. Bukan soal memprediksi permintaan per kuartal, tapi merespons secara instan terhadap apa yang sedang viral hari ini.
Analitik Produk/SKU memberikan kejelasan data yang dibutuhkan untuk menghilangkan tebak-tebakan dalam strategi inventaris, dan menggantinya dengan akurasi.
Berikut bagaimana analitik ini mengubah pengambilan keputusan:
Dengan menganalisis pola penjualan sebelumnya, performa kampanye, dan tren musiman, analitik SKU membantu memprediksi permintaan di masa depan dengan lebih akurat. Ini mengurangi risiko overstock yang mengikat modal dan ruang gudang, serta menghindari kehabisan stok yang menyebabkan hilangnya penjualan dan pengalaman pelanggan yang buruk. Model prediktif membantu kamu memesan dalam jumlah yang tepat.
Tidak semua SKU memberi kontribusi yang sama terhadap pendapatan. Ada yang mendorong traffic, meningkatkan margin, atau hanya memenuhi rak. Analitik SKU memungkinkan kamu melacak performa tiap produk di berbagai platform untuk mengidentifikasi:
Hal ini membantumu menyempurnakan strategi pilihan produk agar ROI maksimal dan mengurangi beban inventaris yang tidak produktif.
Perilaku di marketplace berubah cepat. Dengan insight real-time, analitik SKU memungkinkan kamu untuk mengalokasikan ulang stok secara dinamis, misalnya memindahkan unit lebih banyak ke Shopee saat flash sale, atau menyimpan produk viral untuk TikTok Shop. Pendekatan responsif ini memastikan stok kamu selalu selaras dengan di mana permintaan paling tinggi.
Ingin kendali lebih atas manajemen stokmu?
Gunakan Analisis Product/SKU Graas untuk meramal permintaan, melacak performa, dan mengelola stok secara dinamis di Shopee, Lazada, dan TikTok Shop.