Seperti tahun-tahun sebelumnya, Amazon Prime Day 2025 diperkirakan akan jatuh di pertengahan Juli. Dan seperti biasa, ini akan menjadi salah satu momen diskon terbesar sepanjang tahun. Di tahun 2023, Prime Day mencetak penjualan lebih dari $12,9 miliar secara global. Jutaan pembeli menantikannya. Brand mulai bersiap berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan sebelumnya.
Tapi faktanya, meskipun hype-nya besar, banyak bisnis tetap merugi.
Kenapa? Dua alasan utamanya adalah perkiraan permintaan yang kurang akurat dan pengelolaan stok yang tidak tepat.
Hal ini sering terjadi:
Hasilnya: pendapatan hilang dan operasional jadi berantakan—padahal seharusnya ini adalah momen cuan.
Untuk membantu Anda menghindari kesalahan tersebut, berikut 10 hal yang wajib dilakukan penjual eCommerce agar bisa tumbuh dengan cerdas dan tetap untung saat Prime Day nanti:
Yuk, kita bahas satu per satu.
Seperti yang sudah disebutkan, salah satu kesalahan terbesar saat Prime Day adalah menebak-nebak permintaan. Di tahun 2025, sudah bukan zamannya lagi mengandalkan insting. Perkiraan permintaan berbasis AI menggunakan data penjualan sebelumnya, tren musiman, sinyal pasar, dan bahkan harga kompetitor untuk membantu memprediksi produk apa yang akan laku dan seberapa banyak yang dibutuhkan.
Kalau dilakukan dengan tepat, kamu bisa merencanakan stok dengan cerdas, menghindari kehabisan barang, dan mengurangi kelebihan stok. Di sinilah peran platform analitik eCommerce berbasis AI seperti Graas jadi penting.
Ini manfaatnya:
Misalnya kamu menjual produk skincare. Kalau AI memprediksi peningkatan permintaan 40% untuk serum Vitamin C dan hanya 10% untuk pelembap, kamu jadi tahu produk mana yang harus distok lebih banyak dan mana yang butuh dorongan pemasaran lebih besar.
Tanpa insight ini, kamu cuma menebak. Dan saat Prime Day, tebakan bisa jadi mahal.
Setelah tahu apa yang kemungkinan besar akan dibeli pelanggan, langkah berikutnya adalah memastikan stok tersedia di tempat yang tepat. Ini penting karena stok yang menumpuk di satu gudang sementara permintaan tinggi di channel lain, tidak akan membantu siapa-siapa.
Kamu perlu menyeimbangkan stok di semua channel penjualan, dengan menjadikan Amazon sebagai prioritas—karena di sini permintaan akan jauh lebih tinggi dibanding channel lainnya.
Begini cara melakukannya setelah permintaan diprediksi:
Contohnya, kalau 70% traffic Prime Day kamu berasal dari Amazon tapi 50% stok justru ada di gudang khusus untuk penjualan DTC, kamu sedang menyiapkan diri untuk rugi. Rencanakan dengan bijak dan pindahkan stok sejak awal.
Menghabiskan banyak anggaran iklan untuk produk yang stoknya tidak mencukupi bisa jadi pembunuh diam-diam. Memang, permintaan bisa tinggi. ROAS-mu pun mungkin terlihat bagus. Tapi kalau kamu tidak bisa penuhi pesanan? Itu artinya buang-buang anggaran dan bikin pelanggan kecewa.
Untuk menghindari ini, sesuaikan strategi iklan kamu dengan ketersediaan stok.
Ada dua cara pendekatannya:
Selama Prime Day, posisi produk kamu di hasil pencarian sama pentingnya dengan penawaran yang kamu berikan. Walaupun kamu punya diskon menarik, itu tidak akan laku kalau pelanggan tidak bisa menemukannya atau listing kamu tidak bisa mengonversi.
Tujuannya adalah membuat pelanggan super mudah untuk klik dan beli.
Berikut cara mengoptimasi listing sebelum Prime Day:
Jangan hanya fokus di harga. Visibilitas dan tampilan adalah kunci untuk menarik pelanggan dan membuat mereka klik tombol “Beli Sekarang”.
Lightning Deals bisa jadi senjata ampuh untuk meningkatkan visibilitas dan penjualan selama Prime Day. Tipe promo ini menciptakan rasa urgensi, memicu FOMO, dan membantu menaikkan ranking pencarian produk.
Tapi ada risikonya. Menurunkan harga tanpa strategi bisa menggerus margin keuntungan.
Untuk memaksimalkan Lightning Deals:
Untuk memaksimalkan Lightning Deals:
Kalau dijalankan dengan bijak, promo ini bisa memberikan lonjakan penjualan jangka pendek sekaligus meningkatkan awareness brand dalam jangka panjang.
Prime Day adalah momen pay-to-play, apalagi di Amazon. Dengan banyaknya brand yang bersaing, peringkat organik saja sering tidak cukup. Karena itu, strategi PPC kamu juga harus kuat.
Mulailah dengan mengoptimalkan listing organik. Pastikan kata kunci, judul, dan gambar sudah maksimal. Setelah itu, tambahkan iklan berbayar untuk meningkatkan visibilitas.
Berikut yang bisa kamu lakukan dengan Amazon Ads:
Bonus: Gunakan Google Ads untuk mengarahkan traffic ke listing Amazon kamu. Iklan pencarian atau shopping dengan copy “Prime Day Deal” bisa menangkap traffic dari luar Amazon dan mengarahkannya ke halaman produk kamu yang punya konversi tinggi.
Alasan satu-satunya setiap brand rela melepas sebagian keuntungan mereka di Prime Day adalah karena mereka tahu ini bukan hanya tentang pendapatan. Ini tentang mendapatkan pelanggan baru yang bisa dipertahankan. Pelanggan yang dipertahankan 5x lebih bernilai dalam jangka panjang. Jadi beri mereka alasan untuk kembali.
Mereka akan kembali ketika mereka mendapatkan pengalaman yang baik dengan brand kamu. Tingkatkan pengalaman dengan:
Lakukan follow-up dengan email ucapan terima kasih, minta ulasan, dan tawarkan insentif kecil untuk kembali. Begitulah cara mengubah pembeli satu kali menjadi pelanggan setia.
Prime Day mungkin berakhir dalam 48 jam, tapi kesempatan untuk terus tumbuh tidak berakhir. Gunakan remarketing untuk membawa kembali pengunjung yang hanya melihat-lihat dan pembeli satu kali.
Berikut yang bisa kamu lakukan untuk membawa lebih banyak pelanggan:
Tetap ada di pikiran mereka. Meskipun promo sudah selesai, pertumbuhan kamu tidak harus berhenti.
Setelah kekacauan Prime Day selesai, saatnya melihat kembali stok kamu. Beberapa SKU mungkin habis terjual, sementara yang lainnya mungkin masih tersisa. Kedua situasi ini membutuhkan perhatian.
Mulailah dengan meninjau tingkat penjualan untuk memahami produk mana yang laku dan mana yang tidak. Lalu, sesuaikan strategi stok kamu.
Langkah yang harus diambil setelah Prime Day:
Dan jangan lupa: stok berlebih bisa mengurangi keuntungan karena biaya penyimpanan, apalagi jika menggunakan FBA. Bertindak cepat untuk menghindari biaya jangka panjang.
Setiap Prime Day adalah kesempatan untuk belajar. Kamu perlu menggali data dan memahami apa yang berhasil dan apa yang tidak.
Mulailah dengan metrik-metrik ini:
Gunakan analisis ini untuk menyempurnakan strategi kamu untuk event-event di Q3 dan Q4. Promo mana yang paling efektif? Iklan kreatif mana yang paling banyak mendapat klik? Produk mana yang memiliki konversi tertinggi namun kehabisan stok?
Pro tip: Buat laporan pasca-Prime Day. Bagikan dengan tim kamu, dokumentasikan wawasan penting, dan buat panduan untuk penjualan mendatang.
Tanpa data, kamu seperti menembak sasaran yang tidak bisa dilihat. Tebakanmu bisa saja meleset jauh. Hasilnya? Keuntungan negatif, sumber daya terbuang, dan peluang yang hilang.
Itulah mengapa mengandalkan wawasan berbasis AI secara real-time hampir menjadi keharusan. Kamu membutuhkan platform analitik eCommerce yang melihat data penjualan historis, performa marketing, level inventaris, dan perilaku pelanggan—semuanya dalam satu tempat. Di sinilah Graas hadir.
Graas menggunakan AI untuk menganalisis data kamu dengan tingkat akurasi tertinggi, mengubahnya menjadi insight yang jelas dan dapat ditindaklanjuti. Dan karena rekomendasi didasarkan pada data kamu sendiri, hasil yang didapatkan jauh lebih mungkin memberikan hasil nyata.
Mulai dari peramalan permintaan hingga optimasi pengeluaran iklan dan manajemen inventaris, Graas membantu kamu mengoptimalkan setiap bagian bisnis.
Manfaatkan analitik berbasis AI untuk mengoptimalkan strategi Prime Day kamu dengan Graas!